Senin, 24 Februari 2014

Materi Tentang Kalor Lengkap


KALOR
Kalor didefinisikan sebagai energi panas yang dimiliki oleh suatu zat. Secara umum untuk mendeteksi adanya kalor yang dimiliki oleh suatu benda yaitu dengan mengukur suhu benda tersebut. Jika suhunya tinggi maka kalor yang dikandung oleh benda sangat besar, begitu juga sebaliknya jika suhunya rendah maka kalor yang dikandung sedikit.
Dari hasil percobaan yang sering dilakukan besar kecilnya kalor yang dibutuhkan suatu benda(zat) bergantung pada 3 faktor : massa zat, jenis zat (kalor jenis), perubahan suhu
Sehingga secara matematis dapat dirumuskan :
Q = m.c.(t2 – t1)
Kalor dapat dibagi menjadi 2 jenis
  • Kalor yang digunakan untuk menaikkan suhu
  • Kalor yang digunakan untuk mengubah wujud (kalor laten), persamaan yang digunakan dalam kalor laten ada dua macam Q = m.U dan Q = m.L. Dengan U adalah kalor uap (J/kg) dan L adalah kalor lebur (J/kg)
Dalam pembahasan kalor ada dua kosep yang hampir sama tetapi berbeda yaitu kapasitas kalor (H) dan kalor jenis (c)
Kapasitas kalor adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda sebesar 1 derajat celcius.
H = Q/(t2-t1)
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu 1 kg zat sebesar 1 derajat celcius. Alat yang digunakan untuk menentukan besar kalor jenis adalah  kalorimeter.
c = Q/m.(t2-t1)
Bila kedua persamaan tersebut dihubungkan maka terbentuk persamaan baru
H = m.c

 Hubungan antara kalor dengan energi listrik
Kalor merupakan bentuk energi maka dapat berubah dari satu bentuk kebentuk yang lain. Berdasarkan Hukum Kekekalan Energi maka energi listrik dapat berubah menjadi energi kalor dan juga sebaliknya energi kalor dapat berubah menjadi energi listrik. Dalam pembahasan ini hanya akan diulas tentang hubungan energi listrik dengan energi kalor. Alat yang digunakan mengubah energi listrik menjadi energi kalor adalah ketel listrik, pemanas listrik, dll.
Besarnya energi listrik yang diubah atau diserap sama dengan besar kalor yang dihasilkan. Sehingga secara matematis dapat dirumuskan.
W = Q
Untuk menghitung energi listrik digunakan persamaan sebagai berikut :
W = P.t
Keterangan :
W adalah energi listrik (J)
P adalah daya listrik (W)
t adalah waktu yang diperlukan (s)
Bila rumus kalor yang digunakan adalah Q = m.c.(t2 – t1) maka diperoleh persamaan ;
P.t = m.c.(t2 – t1)
Yang perlu diperhatikan adalah rumus Q disini dapat berubah-ubah sesuai dengan soal.


KALOR JENIS
Kalor jenis (c) = banyaknya kalor (Q) yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu (T) satu satuan massa (m) benda sebesar satu derajat. Secara matematis, kalor jenis dinyatakan melalui persamaan di bawah :
Keterangan :
c = kalor jenis
Q = kalor (J)
m = massa benda (Kg)
delta T = perubahan suhu = suhu akhir (T2) – suhu awal (T1). Satuannya K
(J = Joule, K = Kelvin)

Satuan kalor jenis benda (c)
Kita bisa menurunkan satuan Kalor Jenis dengan mengoprek persamaan kalor jenis :
Satuan Sistem Internasional untuk kalor jenis benda adalah J/Kg.K
Tabel Kalor Jenis benda (Pada tekanan 1 atm dan suhu 20 oC)
Catatan :
Kalor jenis benda biasanya bergantung pada suhu. Btw, apabila perubahan suhu tidak terlalu besar maka besar kalor jenis bisa dianggap tetap
Jenis Benda
Kalor Jenis (c)
J/kg Cokkal/kg Co
Air41801,00
Alkohol (ethyl)24000,57
Es21000,50
Kayu17000,40
Aluminium9000,22
Marmer8600,20
Kaca8400,20
Besi / baja4500,11
Tembaga3900,093
Perak2300,056
Raksa1400,034
Timah hitam1300,031
Emas1260,030

 KAPASITAS KALOR
Kapasitas kalor (C) = banyaknya kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu seluruh benda sebesar satu derajat. Dengan demikian, benda yang mempunyai massa m dan kalor jenis c mempunyai kapasitas kalor sebesar:
C = mc
Keterangan :
C = kapasitas kalor
m = massa benda (Kg)
c = kalor jenis (J/Kg.K)

Satuan kapasitas kalor benda (C)
Untuk menurunkan satuan kapasitas kalor (C), kita oprek saja persamaan kapasitas kalor (C) di atas :
Satuan Sistem Internasional untuk kapasitas kalor benda = J/K (J = Joule, K = Kelvin)

Catatan :
Pertama, skala celcius dan skala Kelvin mempunyai interval yang sama. Karenanya selain menggunakan Co, kita juga bisa menggunakan K. Mengenai hal ini sudah gurumuda jelaskan pada pokok bahasan Termometer dan Skala suhu (bagian terakhir).
Kedua, kkal bisa diubah menjadi Joule menggunakan tara kalor mekanik (tuh di atas)

PENGUKURAN ENTALPI

Setiap sistem atau zat mempunyai energi yang tersimpan didalamnya. Energi potensial berkaitan dengan wujud zat, volume, dan tekanan. Energi kinetik ditimbulkan karena atom – atom dan molekul molekul dalam zat bergerak secara acak. Jumlah total dari semua bentuk energi itu disebut entalpi (H) . Entalpi akan tetap konstan selama tidak ada energi yang masuk atau keluar dari zat. .Misalnya entalpi untuk air dapat ditulis H H20 (l) dan untuk es ditulis  H H20 (s).
Entalpi (H) suatu zat ditentukan oleh jumlah energi dan semua bentuk energi yang dimiliki zat yang jumlahnya tidak dapat diukur. Perubahan kalor atau entalpi yang terjadi selama proses penerimaan atau pelepasan kalor dinyatakan dengan ” perubahan entalpi (ΔH) ” . Misalnya pada perubahan es menjadi air, maka dapat ditulis sebagai berikut:
Δ H = H H20 (l) -H H20 (s) (7)
Harga entalpi zat sebenarnya tidak dapat ditentukan atau diukur. Tetapi ΔH dapat ditentukan dengan cara mengukur jumlah kalor yang diserap sistem. Misalnya pada perubahan es menjadi air, yaitu 89 kalori/gram. Pada perubahan es menjadi air, ΔH adalah positif, karena entalpi hasil perubahan, entalpi air lebih besar dari pada entalpi es.
Termokimia merupakan bagian dari ilmu kimia yang mempelajariyang menyertai suatu reaksi. Pada perubahan kimia selalu terjadi perubahan entalpi. Besarnya perubahan entalpi adalah sama besar dengan selisih antara entalpi hasil reaksi dam jumlah entalpi pereaksi. Pada reaksi endoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih besar, sehingga ΔH positif. Sedangkan pada reaksi eksoterm, entalpi sesudah reaksi menjadi lebih kecil, sehingga ΔH negatif. Perubahan entalpi pada suatu reaksi disebut kalor reaksi. Kalor reaksi untuk reaksi-reaksi yang khas disebut dengan nama yang khas pula, misalnya kalor pembentukan,kalor penguraian, kalor pembakaran, kalor pelarutan dan sebagainya.
Suatu reaksi kimia dapat dipandang sebagai suatu sistem yang terdiri dari dua bagian yang berbeda, yaitu pereaksi dan hasil reaksi atau produk. Perhatikan suatu reaksi yang berlangsung pada sistem tertutup dengan volume tetap (ΔV = 0), maka sistem tidak melakukan kerja, w = 0. Jika kalor reaksi pada volume tetap dinyatakan dengan qv , maka persamaan hukum termodinamika dapat ditulis:
ΔU = qv + 0  = qv = q reaksi (8)
q reaksi disebut sebagai kalor reaksi. Hal ini berarti bahwa semua perubahan energi yang menyertai reaksi akan muncul sebagai kalor. Misal: suatu reaksi eksoterm mempunyai perubahan energi dalam sebesar 100 kJ. Jika reaksi itu berlangsung dengan volume tetap, maka jumlah kalor yang dibebaskan adalah 100 kJ.
Kebanyakan reaksi kimia berlangsung dalam sistem terbuka dengan tekanan tetap (tekanan atmosfir). Maka sistem mungkin melakukan atau menerima kerja tekanan – volume, w = 0). Oleh karena itu kalor reaksi pada tekanan tetap dinyatakan dengan qp , maka hukum I termodinamika dapat ditulis sebagai berikut:
ΔU = qp + w atau qp  = ΔU – w = q reaksi (9)
Untuk menyatakan kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap, para ahli mendefinisikan suatu besaran termodinamika yaitu entalpi (heat content) dengan lambang “H”. Entalpi didefinisikan sebagai jumlah energi dalam dengan perkalian tekanan dan volume sistem, yang dapat dinyatakan:
H = U + P V (10)
Reaksi kimia termasuk proses isotermal, dan bila dilakukan di udara terbuka maka kalor reaksi dapat dinyatakan sebagai:
qp = Δ H (11)
Jadi, kalor reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap sama dengan perubahan entalpi. Oleh karena sebagian besar reaksi berlangsung pada tekanan tetap, yaitu tekanan atmosfir, maka kalor reaksi selalu dinyatakan sebagai perubahan entalpi (ΔH).
Akibatnya, kalor dapat dihitung dari perubahan entalpi reaksi, dan perubahan entalpi reaksi yang menyertai suatu reaksi hanya ditentukan oleh keadaan awal (reaktan) dan keadaan akhir (produk).
q = ΔH reaksi = Hp-Hr (12)
Contoh:
Suatu reaksi berlangsung pada volume tetap disertai penyerapan kalor sebanyak 200 kJ. Tentukan nilai Δ U , Δ H, q dan w reaksi itu
Jawab:
Sistem menyerap kalor sebanyak 200 kJ  , berarti q = + 200 kJ
Reaksi berlangsung pada volume tetap , maka w = 0 kJ.
ΔU = q + w
= + 200 kJ + 0 kJ = 200 kJ Δ H = q = + 200 kJ
Entalpi = H = Kalor reaksi pada tekanan tetap = Qp
Perubahan entalpi adalah perubahan energi yang menyertai peristiwa perubahan kimia pada tekanan tetap.
a.
Pemutusan ikatan membutuhkan energi (= endoterm)
Contoh:
 H2 ®   2H - a kJ ; DH= +akJ
b.
Pembentukan ikatan memberikan energi (= eksoterm)
Contoh:
 2H ®   H2 + a kJ ; DH = -a kJ
Istilah yang digunakan pada perubahan entalpi :
1.
Entalpi Pembentakan Standar ( DHf ):
DH untak membentuk 1 mol persenyawaan langsung dari unsur-unsurnya yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: H2(g) + 1/2 O2(g) ®   H20 (l) ; DHf = -285.85 kJ
2.
Entalpi Penguraian:
DH dari penguraian 1 mol persenyawaan langsung menjadi unsur-unsurnya (= Kebalikan dari
 DH pembentukan).
Contoh: H2O (l) ®   H2(g) + 1/2 O2(g) ; DH = +285.85 kJ
3.
Entalpi Pembakaran Standar ( DHc ):
DH untuk membakar 1 mol persenyawaan dengan O2
 dari udara yang diukur pada 298 K dan tekanan 1 atm.
Contoh: CH4(g) + 2O2(g) ®   CO2(g) + 2H2O(l) ; DHc = -802 kJ
4.
Entalpi Reaksi:
DH dari suatu persamaan reaksi di mana zat-zat yang terdapat dalam persamaan reaksi dinyatakan dalam satuan mol dan koefisien-koefisien persamaan reaksi bulat sederhana.
Contoh: 2Al + 3H2SO4 ®   Al2(SO4)3 + 3H2 ; DH = -1468 kJ
5.
Entalpi Netralisasi:
DH yang dihasilkan (selalu eksoterm) pada reaksi penetralan asam atau basa.
Contoh: NaOH(aq) + HCl(aq) ®   NaCl(aq) + H2O(l) ; DH = -890.4 kJ/mol
6.
Hukum Lavoisier-Laplace
"Jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan 1 mol zat dari unsur-unsurya = jumlah kalor yang diperlukan untuk menguraikan zat tersebut menjadi unsur-unsur pembentuknya."
Artinya : Apabila reaksi dibalik maka tanda kalor yang terbentuk juga dibalik dari positif menjadi negatif atau sebaliknya
Contoh:
N2(g) + 3H2(g)
 ®   2NH3(g) ; DH = - 112 kJ
2NH3(g)
 ®   N2(g) + 3H2(g) ; DH = + 112 kJ

KALOR SERAP
Asas Black
Menurut asas Black apabila ada dua benda yang suhunya berbeda kemudian disatukan atau dicampur maka akan terjadi aliran kalor dari benda yang bersuhu tinggi menuju benda yang bersuhu rendah. Aliran ini akan berhenti sampai terjadi keseimbangan termal (suhu kedua benda sama). Secara matematis dapat dirumuskan :
Q lepas = Q terima
Yang melepas kalor adalah benda yang suhunya tinggi dan yang menerima kalor adalah benda yang bersuhu rendah. Bila persamaan tersebut dijabarkan maka akan diperoleh :
Q lepas = Q terima
m1.c1.(t1 – ta) = m2.c2.(ta-t2)
Catatan yang harus selalu diingat jika menggunakan asasa Black adalah pada benda yang bersuhu tinggi digunakan (t1 – ta) dan untuk benda yang bersuhu rendah digunakan (ta-t2). Dan rumus kalor yang digunakan tidak selalu yang ada diatas bergantung pada soal yang dikerjakan.

Maziyyah, Desiany.-. Materi Kalor. Tersedia pada http://kimia.upi.edu/utama/bahanajar/kuliah_web/2009/0700746/materi1.htm. Di akses 25 Februari 2014




Soal-soal mengenai Kalor


Kalor jenis

  1. Selembar aluminium yang massanya 75 gram dipanaskan dari suhu 10°C menjadi suhu 70°C. Jika kalor jenis aluminium adalah 0,9 Joule/gram°C, berapakah kalor yang diterima aluminium tersebut?
  2. Untuk menaikkan suhu 200 gram logam X dari suhu 25°C menjadi 75°C dibutuhkan kalor sebanyak 35 Kilojoule. Berapakah kalor jenis logam X tersebut?
  3. Berapakah kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan 350 gram besi dari suhu 20°C menjadi 100°C? Kalor jenis besi = 0,11 Kalori/gram°C.
  4. Berapakah jumlah kalor yang dilepaskan untuk mendinginkan 200 gram air dari suhu 100°C menjadi suhu 0°C? Kalor jenis air = 1 kalori/gram°C.
  5. Sebuah kubus besi memiliki panjang sisi 10 cm. Jika massa jenis besi adalah 7.860 kg/cm3, kalor jenis besi adalah 0,11 kalori/gram°C, suhu awal besi = -5°C dan suhu akhir besi adalah 55°C, tentukan massa kubus besi tersebut dan tentukan berapakah kalor yang diterima kubus besi tersebut? Nyatakan dalam satuan joule!
  6. Untuk menaikkan suhu 150 gram mentega dari suhu 10°C menjadi suhu 40°C dibutuhkan kalor sebanyak 22,5 kilojoule. Berapakah kalor jenis mentega tersebut?
  7. Sepotong besi yang mempunyai kalor jenis 0,11 kalori/gram°C dipanaskan dari suhu 15°C menjadi 55°C dan diberikan kalor sebanyak 2.200 kalori. Berapakah massa besi tersebut?
  8. Berapakah kalor yang dibutuhkan untuk memanaskan 10 kg es dari suhu -100°C menjadi suhu 0°C?
  9. Sebuah lempengan tembaga bermassa 1,2 kg dipanaskan dari suhu 10°C menjadi suhu 100°C. Berapakah kalor yang dibutuhkan lempengan tembaga tersebut? Kalor jenis tembaga = 0,09 kalori/joule°C.
  10. Suhu awal aluminium adalah 10°C. Jika kalor jenis aluminium = 0,21 kalori/gram°C, massa aluminium = 50 gram dan kalor yang dibutuhkan aluminium = 6.300 Joule. Berapakah suhu akhir aluminium itu?

    Kapasitas kalor
    1. Berapakah kapasitas kalor 125 gram air, jika kalor jenis air adalah 4,2 Joule/gram°C?
    2. Untuk menaikkan suhu aluminium dari suhu 7,5°C menjadi suhu 37,5°C dibutuhkan kalor sebanyak 36 kilojoule. Berapakah kapasitas kalor aluminium tersebut?
    3. Untuk menurunkan suhu tembaga dari suhu 100°C menjadi suhu 10°C dilepaskan kalor sebanyak 2.000 Joule. Jika kalor jenis tembaga adalah 0,09 kalori/gram°C, berapakah massa tembaga tersebut?
    4. Sebuah balok aluminium memiliki panjang 15 cm, lebar 10 cm dan tinggi 6 cm. Jika massa jenis aluminium adalah 2.700 kg/cm3 dan kalor jenis balok aluminium adalah 0,9 Joule/gram°C, tentukan massa balok aluminium dan tentukan berapakah kapasitas kalor balok aluminium tersebut.
    5. Berapakah kapasitas kalor 1 kg air?
    6. Kalor yang dibutuhkan besi adalah 30 Kilojoule dan kapasitas kalornya adalah 1.500 Joule/°C, berapakah suhu besi tersebut?
    7. Massa selembar aluminium adalah 20 gram. Jika kapasitas kalor selembar aluminium adalah 1.730 Joule/°C, berapakah kalor jenis aluminium tersebut?
    8. Tentukan massa air, jika kapasitas kalor air = 2,1 kilojoule dan kalor jenis air = 4,2 Joule/gram°C.

      Asas Black

      1. Sebatang besi yang massanya 50 gram dan bersuhu 26,3°C dimasukkan ke bejana aluminium bermassa 75 gram dan bersuhu 33,7°C. Jika kalor jenis besi = 0,11 kalori/gram°C dan kalor jenis aluminium = 0,09 kalori/gram°C, maka berapakah suhu akhir dari campuran tersebut?
      2. Alkohol yang massanya 50 gram dan suhunya adalah 66,3°C dimasukkan ke dalam air yang massanya adalah 75 gram dan suhunya adalah 21,9°C. Kalor jenis alkohol = 2,4 J/g°C dan kalor jenis air = 4,2 J/g°C. Berapakah suhu akhir campuran itu?
      3. Sebanyak 140 gram mentega bersuhu 50°C dimasukkan ke dalam wadah berisi 70 gram es batu bersuhu 30°C. Berapakah suhu akhir campuran tersebut? Kalor jenis mentega = 0,6 Joule/gram°C dan kalor jenis es batu = 2,1 Joule/gram°C.
      4. Sebanyak 0,2 kg air yang suhunya 80°C dituangkan ke dalam bejana tembaga yang suhunya 20°C dan kapasitas kalornya adalah 168 Joule/°C. Berapakah suhu akhirnya?
      5. Selembar aluminium bermassa 36 gram dan bersuhu 15°C dimasukkan ke dalam bejana berisi aluminium bermassa 18 gram dan bersuhu 7,5°C. Berapakah suhu akhir campuran tersebut? Kalor jenis aluminium = 0,22 kalori/gram°C.
      6. Sebatang besi yang bermassa 200 gram dan bersuhu 100°C dimasukkan ke dalam air bermassa 300 gram dan bersuhu 200°C. Jika kalor jenis besi = 0,11 kalori/gram°C dan kalor jenis air = 4,2 Joule/gram°C, berapakah suhu akhir campuran tersebut?
      7. Sepotong emas bermassa 50 gram dan bersuhu 25,6°C dimasukkan ke wajan berisi aluminium bermassa 65 gram dan bersuhu 47,4°C. Jika kalor jenis emas = 0,03 kalori/gram°C dan kalor jenis aluminium = 0,22 kalori/gram°C, berapakah suhu akhir campuran tersebut?

Rabu, 19 Februari 2014

Tuhan yang Maha Esa, Sradha dan Bhakti


PANCA SRADHA
Bila dijabarkan menurut katanya,panca dapat diartikan lima dan sradha dapat diartikan keimanan atau kepercayaan. Jadi Panca Sradha adalah lima dasar kepercayaan atau keyakinan Agama Hindu yang harus dipegang teguh dalam kehidupan beragama dan bermasyarakat demi mencapai tujuan hidupnya di dunia dan sesudahnya.
Bagian-bagian Panca Sradha :
  • Percaya dengan adanya Ida Sang Hyang Widhi (Widhi Sradha)
  • Percaya dengan adanya Atma (Atma Sradha)
  • Percaya dengan adanya Karma Phala (Karmaphala Sradha)
  • Percaya dengan adanya Punarbhawa atau Samsara (Punarbhawa Sradha)
  • Percaya dengan adanya Moksa (Moksa Sradha)
Penjelasan Bagian Panca Sradha :
1. Widhi Sradha
Widhi Sradha adalah keyakinan atau kepercayaan tentang kebenaran adanya Ida Sang Hyang Widhi.
Keyakinan tentang kebenaran adanya Ida Sang Hyang Widhi dapat dilakukan melalui ajaran Tri Pramana yaitu Agama (Sabda) Pramana, Anumana Pramana, dan Pratyaksa Pramana.
Dalam ajaran Agama (Sabda) Pramana,seseorang meyakini keberadaan Tuhan melalui kesaksian atau sabda Beliau yang disampaikan melalui kitab suci Weda,yang dianugrahkan kepada para Maharsi, para Yogi dan para orang bijaksana.
Dalam Anumana Pramana, sesesorang meyakini keberadaan Tuhan melalui analisis yang logis dan sistematis terhadap apa yang ada di alam semesta ini,ajaran ini menekankan bahwa setiap yang ada di alam semesta ini beserta kejadian-kejadiannya adalah ciptaan dan kehendak Beliau,Ida Sang Hyang Widhi Wasa.
Sedangkan untuk Pratyaksa Pramana, seseorang meyakini keberadaan Tuhan karena seseorang tersebut dapat mengalami langsung, melihat Tuhan/ Manifestasinya tanpa media atau perantara. Hal ini dapat dialami bagi orang-orang yang memiliki tingkat kesucian yang tinggi,seperti para Maha Rsi.
Ajaran Widhi Sradha juga dapat diterapkan dalam ajaran Cadhu Sakti. Sang Hyang Widhi mempunyai empat sifat ke-Mahakuasaan yang disebut Cadhu Sakti yang terdiri dari :
1. Wibhu Sakti yaitu sifat Yang Maha Ada
2. Prabhu Sakti yaitu sifat Yang Maha Kuasa
3. Jnana Sakti yaitu sifat Yang Maha Tahu
4. Krya Sakti yaitu sifat Yang Maha Karya
Selain ajaran tersebut, keberadaan Sang Hyang Widhi juga dapat dijelaskan oleh keberadaan Dewa dan Awatara. Dewa dalam ajaran Hindu dapat diartikan sebagai sinar suci dari Sang Hyang Widhi, sedangkan Awatara dapat diartikan penjelmaan Tuhan/Dewa ke dunia dalam upaya untuk mencapai kemakmuran dan keselamatan dunia. Dalam kitab Reg Weda VIII. 57.2 dan kitab Brhadaranyaka Upanisad 111.9.1 dijelaskan bahwa seluruh Dewa itu berjumlah 33,menguasai Tri Bhuwana (Bhur,Bhuwah,Swah loka).Seluruh Dewa terdiri dari 8 Vasu (Astavasu), 11 Rudra (EkadasaRudra), 12 Aditya (Dwadasaditya),serta Indra dan Prajapati. Sedangkan untuk Awatara terdapat sepuluh awatara Wisnu yang terdiri dari : Matsya, Kurma, Waraha, Narasimha, Wamana, ParasuRama, Rama, Krishna,Buddha, dan Kalki Awatara.
Dalam ajaran Hindu, Brahman dapat diwujudkan dalam dua sifat yaitu Saguna Brahman (Apara Brahman) dan Nirguna Brahman (Para Brahman). Saguna Brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa digambarkan sebagai pribadi dan dibayangkan dalam wujud yang Maha Agung oleh alam pikiran manusia secara empiris. Sedangkan Nirguna Brahman adalah Tuhan Yang Maha Esa dalam keadaan yang tidak terkondisikan dan tanpa sifat,tidak dapat dipikirkan karena ada di luar batas pikiran manusia.
Demikianlah beberapa pernyataan yang menekankan bahwa Ida Sang Hyang Widhi memang benar-benar ada dan kita sebagai umat Hindu wajib meyakini ajaran Widhi Sradha tersebut.
2. Atma Sradha
Atma Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya Atman. Dalam kitab Upanisad disebutkan bahwa “Brahman Atman Aikyam” yang artinya Brahman dan Atman itu adalah tunggal. Oleh karena itu, jelaslah Atma dapat diartikan percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi yang ada di dalam setiap tubuh mahluk hidup. Ida Sang Hyang Widhi sebagai sumber dari atma itu maka Beliau disebut Parama Atma, dan sebagai intisari dari alam semesta ini disebut Adyatman.
a. Atma dan Roh
Dalam tubuh manusia percikan-percikan kecil dari Ida Sang Hyang Widhi disebut Atman,kalau Atma yang menghidupi hewan/binatang disebut   Janggama,sedangkan yang menghidupi tumbuhan disebut Sthawana. Jadi fungsi atma merupakan sumber hidup dari segala mahluk hidup.
Sifat-sifat atma :
  1. Antarjyotih = maha sempurna sesempurna-sempurnanya
  2. Achodya = tak terlukai oleh senjata
  3. Adahya = tak terbakar oleh api
  4. Akledya = tak terkeringkan oleh angin
  5. Acesyah = tak terbasahi oleh air
  6. Nitya = kekal abadi
  7. Sarwagatah = ada di mana – mana
  8. Sthanu = tak berpindah – pindah
  9. Acala = tak bergerak
  10. Sanatana = selalu dalam keadaan sama
  11. Awyakta = tak dilahirkan
  12. Achintya = tak terpikirkan
  13. Awikara = tak berubah -ubah
Roh diartikan sebagai suksma sarira atau badan halus yang membungkus jiwatman orang yang telah meninggal. Roh inilah yan nantinya akan mengalami Punarbhawa atau kelahiran yang berulang-ulang.
b. Tri Sarira
Tri Sarira artinya tiga lapisan badan. Yang terdiri dari :
-         Stula Sarira (badan kasar)
Stula Sarira terdiri dari unsur-unsur Panca Maha Bhuta yaitu
  • Akasa : ether
  • Bayu : nafas
  • Teja : panas badan, cahaya badan, cahaya mata
  • Apah : darah, lemak, kelenjar-kelenjar air badan
  • Pertiwi : daging, tulang belulang
Setelah meninggal unsur-unsur Panca Maha Bhuta akan berubah menjadi unsur-unsur Panca Tan Matra yakni :
  • Sabda Tan Matra : benih suara asal mula dari Akasa
  • Sparsa Tan Matra : benih rasa sentuhan asal mula dari Bayu
  • Rupa Tan Matra : benih penglihatan asal mula dari Teja
  • Rasa Tan Matra : benih rasa asal mula dari Apah
  • Gandha Tan Matra : benih penciuman asal mula dari Pertiwi
Watak manusia dibentuk oleh unsur Citta, Budhi dan Ahamkara dan indera manusia dibentuk oleh unsur Daseindria.
-         Suksma Sarira (badan halus/ roh)
Pada saat kita masih hidup atau sedang bermimpi yang merasakan segala perasaan sakit,sedih, senang ataupun gembira adalah badan halus ini.
-         Antakarana Sarira (badan penyebab)
Badan inilah yang dapat menyebabkan kita bisa beraktivitas, jadi bisa dikatakan bahwa Antakarana Sarira ini adalah jiwatman. Oleh karena itu jiwatman berfungsi sebagai sumber hidup.
Dari penjabaran di atas bahwa keberadaan atman memang benar adanya, manusia dan mahluk hidup lainnya tak akan dapat hidup bila tidak ada atman yang ada di dalam dirinya.
3. Karma Phala Sradha
Karma Phala Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya karma phala atau hasil perbuatan. Setiap perbuatan baik (susila) atau perbuatan buruk (asusila) yang kita lakukan pastinya nanti akan mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang kita perbuat, perbuatan baik yang kita tanam maka hasil yang kita petik pun adalah hasil yang baik pula begitu juga sebaliknya. Karma phala inilah yang akan membawa roh kita setelah meninggal akan mendapatkan tempat yang bagaimana. Sang Hyang Yamadipati sebagai Dewa Dharma tentunya akan mengadili setiap manusia sesuai dengan perbuatannya selama masih hidup di dunia, apakah akan mendapat sorga atau neraka.
Tetapi sebagai umat Hindu tujuan kita yang utama adalah Moksa bukan sorga ataupun neraka, karena jika kita mendapat sorga atau neraka kita akan dilahirkan kembali di dunia tetapi jika kita bisa mencapai moksa kita akan mengalami kebahagiaan yang tertinggi karena atma kita telah bersatu dengan Brahman/ Ida Sang Hyang Widhi. Ada cara untuk membebaskan diri dari hukum karma yang terlalu mengikat diri kita oleh ikatan duniawi yaitu dengan cara mengubah perbuatan dan hasilnya menjadi yoga, mengubah perbuatan dan hasilnya menjadi yoga maksudnya segala perbutan dan hasil yang kita lakukan dan kita peroleh wajib dipersembahkan dahulu kepada Ida Sang Hyang Widhi,karena kita yakin semua yang ada dan akan ada berasal dari Ida Sang Hyang Widhi.
Pembagian Karma Phala :
1. Sancita Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita yang terdahulu yang belum habis dinikmati dan masih merupakan benih-benih yang menentukan kehidupan kita yang sekarang
2. Prarabda Karma Phala yaitu phala dari perbuatan kita pada kehidupan ini tanpa ada sisanya
3. Kriyamana Karma Phala yaitu hasil perbuatan yang tidak sempat dinikmati pada saat berbuat sehingga harus diterima pada kehidupan yang akan datang
4. Punarbhawa Sradha
Punarbhawa Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya kelahiran yang berulang-ulang. Ditinjau dari katanya punar berarti musnah atau hilang, sedangkan bhawa berarti tumbuh atau lahir jadi punarbhawa berarti lahir berulang-ulang/reinkarnasi/penitisan kembali/ samsara.
Kelahiran ini disebabkan oleh karma di masa kelahiran yang lampau. Jangka pembatasan dari samsara tergantung dari perbuatan baik kita di masa lampau (atita), yang akan datang (nagata) dan yang sekarang (wartamana).Adapun Punarbhawa tersebut merupakan suatu penderitaan yang diakibatkan oleh karma wesana dari kehidupan kita yang silih berganti. Tetapi janganlah memandang punarbhawa tersebut adalah negatif, karena melalui punarbhawa lah kita akan memperbaiki diri demi tercapainya tujuan kesempunaan hidup yang kita inginkan.
5. Moksa Sradha
Moksa Sradha adalah keyakinan tentang kebenaran adanya moksa. Moksa berasal dari bahasa Sansekerta  yaitu muks yang artinya bebas dari ikatan duniawi dimana jiwatman telah bebas dari siklus kelahiran dan kematian. Moksa inilah yang menjadi tujuan terakhir bagi umat Hindu. Moksa dapat dibedakan menjadi empat jenis yaitu :
  1. Samipya : suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia
  2. Sarupya (Sadharmya) : suatu kebebasan yang di dapat oleh sesesorang di dunia ini, karena kelahirannya, dimana kedududkan Atman merupakan suatu pancaran dari ke-Maha Kuasaan Tuhan
  3. Salokya : suatu kebebasan yang dapat dicapai oleh Atman, di mana Atman itu sendiri telah mencapai kesadaran yang sama dengan Tuhan.
  4. Sayujya : suatu tingkatan kebebasan yang tertinggi, di mana Atman telah benar-benar bersatu dengan Brahman
Istilah lain yang digunakan untuk mendefinisikan tingkatan moksa yaitu:
  1. Jiwa Mukti : suatu kebebasan yang dicapai oleh seseorang semasa hidupnya di dunia,dimana atman tidak terpengaruh lagi oleh unsur-unsur maya. Jiwa mukti sama sifatnya dengan samipya dan sarupya.
  2. Wideha Mukti (karma mukti) : suatu kebebasan yang dapat dicapai semasa hidup, dimana Atman telah dapat meninggalkan badan kasar, dan kesadarannya setaraf dengan Dewa, tetapi belum benar-benar bersatu dengan Tuhan karena masih ada sedikit imbas dari unsur maya yang mengikatnya. Wideha Mukti sama sifatnya dengan Salokya
  3. Purna Mukti : kebebasan yang paling sempurna dan yang paling tertinggi, dimana Atman telah bersatu dengan Tuhan. Purna Mukti sama dengan Sayujya.
Jalan menuju moksa :
Catur marga artinya empat jalan atau cara untuk menghubungkan diri kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa atau Tuhan Yang Maha Esa yaitu :
  1. Bhakti Marga
Bhakti marga adalah suatu cara atau jalan untuk menghubungkan diri dengan Ida Sang Hyang Widhi , beserta manifestasinya, dengan cara sujud bhakti, menyucikan pikiran,  mengagungkan kebesaran-Nya dan menghindari diri dari segala perbuatan tercela. Bhakti dibagi atas dua tingkat, yaitu :
a. Apara bhakti
b. Para bhakti
Apara bhakti ialah cinta kasih yang perwujudannya masih lebih rendah dan dipraktekkan oleh mereka yang belum mempunyai tingkat kesucian yang tinggi .
Para bhakti ialah cinta kasih dalam perwujudannya yang lebih tinggi dan bisa dipraktekkan oleh orang yang jnananya tinggi dan kesuciannya sudah meningkat .
Bhakti marga adalah berupa penyerahan diri secara bulat kepada Ida Sang Hyang Widhi dengan perasaan cinta kasih dan ketulusan. Istilah untuk orang yang melaksanakan ajaran Bhakti marga adalah Bhakta.
2. Karma Marga
Karma marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan cara pengabdian atau kerja tanpa pamrih. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa setiap manusia yang hidup di dunia ini dan yang ingin mencapai suatu kebebasan yang tertinggi, manusia tersebut seharusnya melakukan kegiatan/kerja yang didasari dengan perasaan tulus ikhlas tanpa mengikatkan diri pada hasilnya. Istrilah untuk orang yang melaksanakan ajaran Karma marga adalah Karmin.
3. Jnana Marga
Jnana marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan ilmu pengetahuan, unsur kebijaksanaan sangat ditekankan dalam ajaran ini. Seseorang yang menganut ajaran jnana marga harus dapat membedakan mana sebaiknya yang harus dipikirkan demi tercapainya suatu kekekalan yang abadi (moksa). Istilah untuk orang yang menganut ajaran Jnana marga dapat pula disebut Jnanin.
4. Raja marga
Raja marga adalah cara/jalan untuk mencapai moksa dengan jalan melakukan tahapan-tahapan astangga yoga yang intinya adalah pengendalian diri dan pikiran secara berkelanjutan. Delapan tahapan yang harus dilalui dalam melakukan yoga/meditasi yang diajarkan oleh Bhagawan Patanjali yang lebih dikenal Astangga Yoga terdiri dari :
  • Yama         : pengendalian diri tahap pertama
  • Nyama       : pengendalian diri tahap lanjut
  • Asana        : mengatur sikap badan
  • Pranayama  : sikap mengatur nafas
  • Pratyahara   : sikap pemusatan indria
  • Dharana     : sikap pemusatan pikiran
  • Dhyana      : sikap pemusatan pikiran yang terpusat
  • Semadi       : meditasi tahap tinggi/penunggalan Atman dengan   Brahman
Selain empat jalan tersebut terdapat empat tujuan hidup yang dijalankan oleh ajaran Hindu yang diberi istilah Catur Purusa Artha yaitu Dharma, Artha, Kama,dan Moksa. Selain menjadi tujuan, Catur Purusa Artha merupakan cara/jalan untuk mencapai moksa itu sendiri.
Moksa juga dapat dibedakan lagi menjadi tiga jenis, menurut kebebasan yang dicapai oleh Atma yakni :
  1. Moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang tetapi masih meninggalkan bekas berupa badan kasar
  2. Adi moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang dengan meninggalkan bekas berupa abu
  3. Parama moksa yaitu kebebasan yang dicapai oleh seseorang tanpa meninggalkan bekas
Dari penerangan di atas, diterangkan bahwa moksa dan cara untuk mencapai moksa itu adalah benar keberadaannya. Kita sebagai umat Hindu wajib mempercayainya karena itu merupakan tujuan hidup kita yang terakhir.
  • Bhakti

Dari beberapa mantram Weda yang mengajarkan bhakti ini, Maharsi Narada dalam kitabnya Narada Bhakti Sutra (1.2) merumuskan bahwa bhakti itu sesungguhnya Parama Prema atau Parama Premarupa, cinta kasih yang sejati, yang tertinggi.Kasih yang sejati digambarkan sebagai kasih dari seorang bapak, sanak saudara,sahabat, dan didalam Gurupuja, Tuhan Yang Maha Esa tidak saja digambarkan sebagai seorang ibu dan bapak, tetapi juga sebagai keluarga dan sahabat, pemberi pengetahuan dan kekayaan. Seperti mantram berikut:
                        Twam eva mata capa pita tvam eva
                        Twam eva bandhus ca sakha tvam eva
                        Twam eva vidya dravinam tvam eva
                        Twam eva sarvam mama deva-deva.
                                                   Guru Stotra: 4
Artinya:
Tuhan Yang Maha Esa sesungguhnya adalah ibu kami, bapak kami, sahabat kami dan keluarga kami.Tuhan Yang Maha Esa sesungguhnya pemberi pengetahuan, dan Engkau Penganugrah kekayaan.Engkau adalah segalanya,Ya Engkau adalah Dewata tertinggi dari seluruh Dewata.
         Berdasarkan penjelasan tersebut , maka pengertian bhakti, seperti nampaknya dekat dengan yajjna, yakni pengorbanan yang tulus dengan landasan kesucian hati dan berseminya kasih sayang.
         Dalam Bhagawadgita (VII.16-17) dijelaskan tentang empat macam orang yang berusaha mendekatkan diri, berbhakti kepada Tuhan Yang Maha Esa, mereka itu adalah orang yang sengsara, yang mengejar kekayaan, yang mengejar ilmu pengetahuan dan orang yang berbudi luhur. Diantara keempat macam orang tersebut, maka orang yang berbudi luhur dinyatakan paling mulia. Mengapa demikian, orang yang berbudi pekerti luhur sepenuhnya menyerahkan diri kepada-Nya. Penyerahan diri secara total kepada-Nya disebut praptti, demikianlah bhakti-prapatti mengandung makna bhakti yang murni, sebab mereka telah merasakan dalam kebhaktiannya itu, ia berada dalam lindungan-Nya.
         Dari penjelasan itu, ada dua jenis bhakti yaitu para bhakti dan apara bhakti. Para bhakti mempunyai makna yang sama dengan praptti, yakni penyerahan diri secara total kepada-Nya sedangkan apara bhakti adalah bhakti dengan berbagai permohonan dan permohonan yang dipandang wajar adalah memohon keselamatan atau memohon berkembang-mekarnya budi nurani, sedangkan permohonan untuk kekayaan dan kekuasaan, sering disebut bhakti yang bersifat Rajas dan Tamas
  • Implementasi Bhakti

Dalam pelaksanaan bhakti kepada Tuhan, sehari-hari kita malaksanakan apa yang disebut sembahyang. Beberapa contoh pelaksanaan bhakti dalam kehidupan sehari-hari, diantaranya:
1.                   Sravanam ( mempelajari keagungan Tuhan dengan mendengar atau
            membaca kitab-kitab suci)
2.                   Kirtanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan jalan mengucapkan/
menyanyikan nama Tuhan Yang Maha Esa).
     3.         Smaranam (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara selalu ingat kepada-Nya atau bermeditasi).
     4.         Padasevanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan jalan memberiakan
                             pelayanan kepada Tuhan).
     5.         Arcanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara memuja keagungan-Nya)
     6.         Vandanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan jalan sujud dan kebhaktian)
     7.         Desya (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara menolong dengan   penuh keikhlasan)
     8.         Sakhya (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara memandang Tuhan sebagai sahabat sejati)
     9.         Atmanivedanam (Berbhakti kepada Tuhan dengan cara menyerahkan diri secara total kepada Tuhan)
Selain beberapa contoh di atas, penerapan bhakti juga bisa dilakukan dengan melaksanakan Panca Yadnya.